Festival Mooncake Tanggal Berapa

Festival Mooncake Tanggal Berapa

Makna simbolis dari kue bulan

Kue bulan memiliki banyak makna simbolis yang kaya. Salah satu makna utamanya adalah kebersamaan dan keharmonisan. Bentuk bulat dari kue ini melambangkan kesempurnaan, keutuhan, dan keberuntungan. Keluarga yang berkumpul bersama di bawah cahaya bulan purnama untuk menikmati kue bulan dianggap sebagai simbol reuni dan kebersamaan keluarga.

Selain itu, dalam sejarahnya, kue bulan pernah menjadi alat komunikasi rahasia. Pada masa Dinasti Yuan, ketika bangsa Han memberontak melawan kekuasaan Mongol, pesan-pesan rahasia tentang rencana pemberontakan disisipkan ke dalam kue bulan. Tindakan ini membantu menyatukan bangsa Han dan berhasil menggulingkan Dinasti Yuan, membuka jalan bagi berdirinya Dinasti Ming.

Hal menarik dalam Mooncake Festival

Selain memakan kue bulan, festival ini juga diisi dengan berbagai tradisi menarik. Salah satu tradisi yang paling umum adalah menyalakan lentera dan mengagumi bulan purnama yang bersinar terang. Di berbagai kota besar, seperti Beijing dan Hong Kong, perayaan ini juga sering dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai, tari naga api, serta pertunjukan budaya lainnya.

Mooncake festival  bukan hanya sekadar perayaan makanan, tetapi juga momen untuk refleksi, berkumpul bersama keluarga, dan menghargai tradisi yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Kue bulan, dengan segala simbolisme dan mitos yang melingkupinya, terus menjadi pengingat akan pentingnya kebersamaan, harmoni, dan rasa syukur atas berkah kehidupan. Seiring berjalannya waktu, perayaan ini telah melintasi batas-batas geografis dan budaya, namun tetap menjaga esensinya sebagai simbol kebersamaan dan keutuhan.

PUTRI ANI | SMITHSONIANMAG | ANTARA

Festival Kue Bulan 2023 dilaksanakan pada 29 September 2023. Adapun Festival Kue Bulan ini dirayakan oleh masyarakat Tionghoa setiap tanggal 15 bulan 8 dalam penanggalan Imlek.

Sesuai namanya, makanan khas dalam perayaan ini adalah kue bulan. Lalu, apa makna kue bulan dalam Festival Kue Bulan?

Apa itu Festival Kue Bulan?

Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival adalah perayaan masyarakat Tionghoa. Perayaan Festival Kue Bulan ini merupakan terbesar kedua setelah Imlek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perayaan Festival Kue Bulan juga disebut sebagai Mid Autumn Festival atau Festival Pertengahan Musim Gugur. Festival Kue Bulan dianggap sebagai simbol perayaan syukur dengan menikmati bulan purnama sambil menyantap kue bulan.

Apa itu Festival Mooncake?

Festival Mooncake alias Festival Kue Bulan merupakan tradisi perayaan panen pasca musim gugur. Masyarakat Tionghoa mendedikasikan acara ini untuk berterima kasih kepada para dewa atas hasil bumi yang diterima.

Sebuah buku berjudul Disappearing Customs of China dan Traditions Customs and Rituals mengungkapkan, sebagian besar sejarawan percaya bahwa tradisi ini muncul pertama kali pada era Dinasti Song. Lebih dari 3000 tahun lalu, festival ini mulanya berbentuk penyembahan bulan.

Catatan sejarah menuliskan bahwa awalnya gak ada tanggal pasti pelaksanaan festival ini. Pada masa tersebut, orang-orang hanya merayakannya saat bulan purnama tiba. Namun, pada masa pemerintahan Kaisar Tai (dinasti Song Utara), ditetapkan tanggal 15 bulan ke delapan penanggalan Lunar sebagai Hari Pertengahan Musim Gugur.

Dengan berlangsungnya festival yang juga disebut Zhōngqiū jié dalam Bahasa Mandarin ini, menandakan berakhirnya Festival Hantu lapar. Maka dari itu, Festival Pertengahan Musim Gugur secara tradisional dianggap sebagai hari keberuntungan. Terlebih dalam pernikahan, karena dewi bulan diyakini dapat memberikan kebahagiaan kepada pasangan.

Asal-usul Kue Bulan dalam Festival Kue Bulan

Kue bulan untuk perayaan apa? Hidangan kue bulan selalu disajikan saat Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival. Dilansir situs Britannica, kue bulan disantap pada saat Festival Kue Bulan atau Festival Pertengahan Musim Gugur, sambil menatap bulan panen purnama.

Secara tradisional, kue bulan berbentuk bulat atau persegi. Kue tipis yang agak manis ini dibentuk di sekeliling isian yang umumnya terbuat dari pasta biji teratai. Pada titik tertentu, kuning telur asin utuh ditambahkan untuk melambangkan Bulan.

Saat ini, kue bulan lebih bervariasi karena hotel dan restoran ternama dari Beijing hingga Singapura bersaing untuk menciptakan versi terbaru. Beberapa toko roti menambahkan empat atau lebih kuning telur asin ke dalam resepnya, sedangkan isiannya bisa berupa pasta kacang merah, kacang-kacangan, biji-bijian, ham asin, pasta durian, talas tumbuk, dan bahkan sarang burung walet.

Kue bulan "Snowy dibungkus dengan pasta tepung beras manis. Selain itu, ada juga kue bulan es krim yang hadir dalam berbagai rasa dengan inti sorbet mangga sebagai pengganti kuning telur.

Meski berukuran kecil, kue bulan jarang dimakan utuh karena isinya yang banyak. Sebaliknya, mereka dipotong menjadi beberapa bagian untuk menghargai bagian "bulan" di tengahnya.

Kue bulan diduga berperan dalam penggulingan dinasti Mongol Yuan yang memerintah Tiongkok pada abad ke-13 dan ke-14. Pesan-pesan yang menguraikan rencana pemberontakan disembunyikan di dalam kue bulan, yang diberikan sebagai hadiah kepada para pendukungnya.

Keunikan dan variasi kue bulan

Kue bulan yang dikenal sekarang memiliki banyak variasi yang tersebar di berbagai wilayah. Meskipun bentuk dasarnya selalu bulat menyerupai bulan, isiannya sangat beragam tergantung pada daerahnya. Kue bulan gaya Kanton, yang dikenal luas, biasanya berisi pasta kacang merah atau melon lotus yang halus. Di Yunnan, kue bulan diisi dengan ham dan madu, sedangkan kue bulan dari Shanghai memiliki kulit renyah dengan isian kurma. Sementara itu, di Suzhou, kue bulan gurih berisi daging babi cincang dan udang menjadi favorit.

Selain variasi isian, kue bulan modern kini juga telah berevolusi dengan rasa dan bentuk yang lebih kreatif. Mulai dari isian tradisional seperti tausa (pasta kacang merah) hingga variasi baru seperti es krim, kacang hijau, hingga buah-buahan segar, kue bulan terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman dan selera konsumen.

Asal usul di balik Mooncake Festival

Sejarah perayaan ini sudah berlangsung lebih dari 3.000 tahun dan awalnya dikaitkan dengan perayaan pasca panen musim gugur. Pada masa Dinasti Xia dan Shang, para petani melakukan ritual memohon berkah kepada Dewa Bumi agar diberikan musim yang baik dan panen yang melimpah. Tradisi tersebut kemudian berkembang dan mencapai popularitas pada masa Dinasti Tang, di mana kue bulan mulai menjadi simbol perayaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain latar belakang agraris, festival ini juga dipenuhi oleh mitos dan legenda. Salah satu kisah paling terkenal adalah legenda tentang Chang'e, istri dari pemanah legendaris Hou Yi. Dalam kisah tersebut, Hou Yi menyelamatkan bumi dengan memanah sembilan dari sepuluh matahari yang menyengat bumi. Sebagai balasan, para dewa memberinya ramuan keabadian.

Namun, karena takut suaminya yang telah berubah menjadi tiran akan menyalahgunakan ramuan itu, Chang'e meminumnya dan terbang ke bulan. Sejak saat itu, ia dihormati sebagai Dewi Bulan, dan kue bulan menjadi simbol persembahan untuk mengenangnya.

Festival Mooncake (Kue Bulan), atau yang lebih dikenal dengan sebutan Festival Tengah Musim Gugur, adalah salah satu perayaan penting dalam budaya Tionghoa yang dirayakan setiap tahun. Festival ini biasanya jatuh pada tanggal 15 bulan ke-8 dalam kalender lunar, yang bertepatan dengan bulan purnama terbesar dan terindah sepanjang tahun. Pada tahun 2024, Festival Mooncake / Kue Bulan akan dirayakan pada tanggal 17 September.

Asal Usul dan Makna Festival

Festival Mooncake memiliki akar sejarah yang dalam dan kaya, berasal dari tradisi Tionghoa kuno. Perayaan ini merayakan musim panen yang melimpah dan simbolisme bulan purnama, yang melambangkan kesempurnaan dan persatuan keluarga.

Menurut legenda, festival ini juga berhubungan dengan kisah Chang’e, dewi bulan dalam mitologi Tionghoa. Dikisahkan bahwa Chang’e meminum ramuan keabadian dan terbang ke bulan, meninggalkan suaminya Hou Yi di bumi. Setiap tahun, pada malam bulan purnama, diyakini bahwa Chang’e akan turun untuk merayakan bersama dengan keluarganya yang ada di bumi.

Kue Bulan: Simbol dan Tradisi

Salah satu elemen paling ikonik dari Festival Mooncake adalah kue bulan atau mooncake. Kue ini biasanya berbentuk bulat, melambangkan persatuan dan keharmonisan. Mooncake dapat memiliki berbagai variasi isian, mulai dari pasta kacang merah, pasta biji teratai, hingga isian daging dan kunir telur asin. Kue ini tidak hanya dimakan untuk dinikmati, tetapi juga dibagikan sebagai hadiah kepada keluarga dan teman sebagai simbol berbagi kebahagiaan dan berkah.

Selain menikmati mooncake, perayaan Festival Mooncake juga melibatkan berbagai tradisi dan aktivitas lain. Beberapa di antaranya termasuk:

Festival Mooncake / Kue Bulan 2024 akan jatuh pada tanggal 17 September. Perayaan ini merupakan kesempatan untuk merayakan keindahan bulan purnama, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terkasih, dan menghormati tradisi serta budaya yang telah ada selama ribuan tahun. Bagi banyak orang, Festival Mooncake adalah waktu yang penuh makna untuk berkumpul dengan keluarga dan merayakan simbol persatuan, harapan, dan kebahagiaan.

Delima Mooncake menyediakan berbagai varian rasa kue bulan yang dapat Anda lihat disini.

Pernah mendengar Festival Mooncake sebelumnya? Di China, festival ini juga memiliki nama Mid-Autumn Festival alias Festival Pertengahan Musim Gugur. Meski beragam sebutannya, hari perayaan ini begitu ramai diperingati setiap tahunnya. Bahkan, menjadi perayaan terbesar kedua setelah Tahun Baru Imlek.

Layaknya setiap festival yang dirayakan di setiap negara, Festival Mooncake juga memiliki sejarah, mitos dan legenda, hingga tradisi yang dipertahankan antar generasi.

Sejarah Festival Mooncake

Salah satu legenda paling populer terkait Festival Pertengahan Musim Gugur atau Festival Mooncake adalah kisah Chang-E, juga dikenal sebagai Nyonya Bulan dan suaminya Hou Yi. Dilansir Singapore Infopedia, cerita ini konon berasal dari pendongeng di dinasti Tang (618–907 M). Sumber lain bahkan mengatakan, ini sudah ada sejak zaman Kaisar Yao (2346 SM).

Ceritanya, Hou Yi dan Chang E adalah pasangan suami istri. Hou Yi merupakan seorang pemanah hebat sekaligus anggota pengawal kekaisaran pada masanya. Berkat  keterampilannya, aa diminta untuk pergi menjalankan misi. Adapun misi yang harus dilakukan yakni menembak matahari yang diyakini berjumlah 10 dan menyebabkan panas berlebih di bumi.

Dengan keahliannya, Hou Yi pun berhasil menembak jatuh sembilan dari 10 matahari yang mengelilingi planet ini. Sebagai hadiah, ia diberi ramuan kehidupan yang memiliki efek keabadian. Namun, bukan Hou Yi yang meminum ramuan tersebut, melainkan istrinya, si Chang E yang mendapatkan keabadian.

Terkait versi terjadinya minum ramuan ini, ada beberapa versi. Sebuah buku Culture and Customs of Singapore and Malaysia menyebutkan bahwa Chang E mencuri ramuan dari sang suami dan meminumnya. Lalu, Chang E naik ke langit menjadi dewi bulan.

Adapun Hou Yi mendapat kue dari ibu suri dari Surga Barat, Xi Wang Mu. Konon, kue tersebut dapat memberikan kemampuan menahan panas dan dikirim ke matahari. Dengan jimat khusus, Hou Yi pun dapat mengunjungi Chang E tiap tanggal 15 setiap bulan, selama bulan purnama.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Versi lainnya, Chang E terpaksa meminum ramuan tersebut karena hendak dicuri oleh Pang Meng, murid Hou Yi, saat suaminya gak ada. Akibatnya, Chang E dipisahkan selamanya dari Hou Yi. Untuk bertemu istrinya kembali, Hou Yi harus membuat kue berbentuk bulat yang terbuat dari tepung.

Kue yang dinamakan kue bulan tersebut nantinya harus ditempatkan di arah barat laut rumahnya. Lalu, diletakkan sambil meneriakkan nama Chang E sebagai tanda rindu, sehingga ia bisa menemui istrinya saat pertengahan bulan purnama.

Festival Kue Bulan juga identik dengan kelinci. Legenda ini bermula dari seseorang yang diyakini Buddha masuk ke hutan dan menyamar sebagai lelaki lapar. Sosok Buddha tersebut mendekati tiga binatang (rubah, monyet, dan kelinci), lalu meminta bantuan.

Rubah menangkap ikan untuknya, monyet membawa beberapa buah, tetapi kelinci melemparkan dirinya ke dalam api, serta menawarkan dirinya sebagai daging. Sebagai rasa terima kasih, Buddha pun membangkitkan kelinci dan mengirimkannya ke bulan untuk dihormati. Beberapa menyatakan sang kelinci menemani Chang E di bulan.

Baca Juga: 7 Fakta Perayaan Imlek, Sarat Makna dan Cerita Tradisional

Legenda Hou Yi dan Chang E

Perayaan kue bulan erat hubungannya dengan legenda yang diyakini terjadi ribuan tahun lalu.

Dikisahkan, saat itu dunia disinari 10 matahari, yang saking banyaknya matahari menyinari bumi maka manusia merasa kepanasan.

“Kisar Yao yang memerintah sekitar 2.000 tahun lalu memerintahkan seorang pemanah ulung bernama Hou Yi untuk memanah matahari supaya tidak terlalu panas. Dengan keahliannya, Hou Yi berhasil menjatuhkan sembilan matahari,” ujar Hermina, seperti dikutip dari Kompas.com.

Setelah tersisa satu matahari, Kaisar meminta Hou Yi berhenti memanah, sebab jika semua matahari terpanah, maka bumi akan gelap.

Konon, inilah yang terjadi ketika hanya ada satu matahari saja saat ini.

Hou Yi dihadiahi sebuah pil panjang umur, lalu menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Chang E.

Chang E melihat suaminya terkesan selalu menyembunyikan sesuatu, tapi sang suami tak mau memberitahu apa pun.

“Pada suatu hari (Chang E) berhasil menemukan benda berupa pil. Tanpa tahu apa akibatnya, Chang E menelan itu,” jelas Hermina.

Tubuh Chang E, lanjut dia, perlahan-lahan terbang naik ke bulan dan tidak dapat kembali ke bumi.

Sejak itu hari perayaan kue bulan dilaksanakan, untuk memperingati perginya sosok Chang E ke bulan. Dan ini yang membuat kue dibuat dengan bentuk menyerupai bulan.

Gambaran sosok Chang E ada pada kemasan kue bulan, dengan bidadari terbang dengan selendang melayang.

TEMPO.CO, Jakarta - Mooncake festival atau festival kue bulan, yang dikenal juga sebagai Mid-Autumn Festival, salah satu perayaan penting dalam budaya Tiongkok. Pada tahun ini, festival tersebut jatuh pada 17 September 2024. Festival ini tidak hanya dirayakan di Tiongkok, tetapi juga di seluruh wilayah Asia Timur seperti Korea Selatan, Jepang, dan Vietnam, di mana masing-masing negara memiliki variasi kue bulan mereka sendiri.

Festival ini merupakan momen penting bagi keluarga untuk berkumpul, berdoa untuk kemakmuran, dan menikmati indahnya bulan purnama sambil memakan kue bulan atau yang disebut  “yue bing”.